Ruwetnya Membangun Bioskop



Butuh modal yang tidak sedikit untuk membangun sebuah bioskop. Ditambah lagi, saat ini standarisasi teknologi dalam bioskop haruslah mumpuni dalam menayangkan sebuah film.

Antara bioskop yang yang bergerak independen dengan yang tergabung dalam grup sudah memiliki standar fasilitas tertentu. Mungkin, bagi bioskop yang sudah tergabung dalam grup seperti 21 Cineplex dan Blitzmegaplex sudah memiliki jaringan dan modal yang lebih kuat. Sedangkan bagi pebisnis bioskop independen, standarisasi ini masih menjadi masalah. Seperti halnya standarisasi dalam hal proyektor. Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafrudin mengatakan, hampir semua bioskop di Indonesia sudah memakai alat proyektor digital, sedangkan untuk pita seluloid telah ditinggalkan. Problemnya, bioskop independen juga harus menyesuaikan standar ini supaya dapat memberikan kenyamanan kepada penonton.

harga satu proyektor yang standar berkisar Rp1 miliar untuk satu layar. Belum lagi, biaya untuk dekorasi dan sound system yang pastinya akan membuat anggaran pembangunan bioskop membengkak.

Dengan mahalnya biaya pembangunan bioskop ini pastinya akan membuat pebisnis memutar otak bagaimana caranya supaya bisnisnya balik modal. Maka dari itu, mereka sebelumnya harus melakukan survei dan riset di suatu daerah yang memang memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik untuk dibangun sebuah bioskop.

 
Share on Google Plus

About Moviners

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

MOVIN SHORT MOVIES

MOVIN UPCOMING