Tunggu, kita mendapat satu lagi film tentang, errr... Drakula? Sepertinya para sineas dunia begitu terobsesi mengeksploitasi makhluk pengisap darah dari novel klasik rekaan Bram Stoker ini sehingga tidak tanggung-tanggung ada banyak bermunculan versi dalam 5 tahun terakhir – termasuk film animasi yang disulih suara oleh Adam Sandler serta serial televisi yang menampilkan Jonathan Rhys Myers. They just can’t get enough of Dracula. Dengan beragam pendefinisian yang telah dilakukan terhadap kehidupan Count Dracula selama ini, maka boleh jadi tidak ada lagi sisi si vampir yang tersisa untuk dicelotehkan. Tapi, kamu tentu tidak berpikir Hollywood akan kehabisan akal, bukan? Jika mereka bisa mengacak-acak sejarah presiden favorit masyarakat Amerika, mengapa tidak untuk sebuah karakter literatur yang memang telah terbiasa menghadapi dekonstruksi? Lagipula, Gary Shore bersama dua rekan penulis skrip, Matt Sazama dan Burk Sharpless, menemukan sisi lain yang terlupakan dari Dracula untuk diceritakan di berbagai filmnya melalui Dracula Untold, yakni asal-muasalnya.
Dinarasikan
oleh putra semata wayang Dracula, Ingeras (Art Parkinson), kita ditarik
ke belakang sebelum si vampir berubah wujud menjadi salah satu karakter
fiksi paling menyeramkan yang pernah ada. Vlad III Tepes (Luke Evans),
penguasa Wallachia di abad 15 yang menjadi sumber inspirasi terbentuknya
karakter ikonik ini, dikisahkan sebagai pemimpin yang berusaha
melindungi warganya dari jamahan Turki Utsmaniyah yang sedang gencar
menaklukkan daratan Eropa. Walau kegemarannya menyula lawan-lawannya
secara bengis turut diceritakan, tetapi Vlad III sendiri lebih
digambarkan sebagai seorang pahlawan yang rela berbuat apapun demi
memberikan keamanan bagi warga dan keluarga kecilnya. Dalam hal ini,
berarti mengorbankan dirinya sendiri untuk menghindarkan mereka dari
cengkraman Sultan Mehmed II (Dominic Cooper) yang menginginkan 1000 anak
muda dari kerajaan Vlad III, termasuk Ingeras, untuk bertarung di
pasukan militer bentukannya.
Seperti halnya beberapa film sejenis yang menawarkan dekonstruksi pada penceritaan,Dracula Untold pun
merombak sejarah yang telah tersusun rapi sekenanya demi kebutuhan
cerita. Tentu saja kamu tidak akan melihat Vlad III Tepes sebagai sosok
yang 100% antagonis, meski untungnya si pembuat film tidak lancang pula
merombaknya menjadi figur berhati mulia seperti yang dilakukan kepada
Maleficent tempo hari. Kebiadaban Vlad III tetap dipertontonkan,
terutama di prolog dan menjelang klimaks saat genderang perang melawan
pasukan Mehmed II ditabuhkan. Didominasi oleh nuansa gothic,
pembuka film pun menyerbakkan nuansa mengganggu, tidak menyenangkan, dan
mengerikan terlebih dengan adanya pemandangan korban-korban yang
disula. Dracula Untold memulai langkahnya secara menjanjikan.
Memberikan keyakinan tinggi pada penonton yang bisa jadi semula tidak
berharap banyak kepada sajian satu ini.
Tapi jangan dikira Dracula Untold akan
membawamu pada deretan teror dan kengerian setelah pembuka yang gelap
ini. Sebaliknya, Gary Shore mengarahkannya ke fantasi; membentuk Dracula
sebagai sosok superhero – Oh ya, kamu tidak salah baca.
Membelokkan dari sejarah asli yang menyebut Vlad III lebih sebagai sosok
bengis. Dimanusiawikan dengan bubuhan latar yang mendasari perilaku
tidak manusiawinya. Menjadi menarik karena tokoh ini pun tidak lantas
sepenuhnya diputihkan, masih berada di area abu-abu, dan jalinan
romansanya bersama sang istri, Mirena (Sarah Gadon), pun dicelotehkan
secara memikat. Penonton bisa melihat sisi lain dari Dracula tanpa harus
sepenuhnya mengeliminasi kebrutalannya. Kita masih melihat itu hanya
saja sekali ini dengan alasan lebih masuk akal dan Luke Evans pun
berhasil membawakan peran ini secara meyakinkan dengan kualitas seorang leading man. Hasilnya, Dracula Untold sanggup
terhidang sebagai sebuah sajian menghibur yang merupakan kombinasi
antara kengerian, keseruan, kesenangan, kecantikan (visual), dan
kehangatan.
0 comments:
Post a Comment