Eksploitasi sebuah franchise sudah menjadi praktik yang wajar di Hollywood. Hampir setiap studio besar sudah melakukannya. Bedanya, ada yang melakukannya dengan baik, ada yang gue bilang demi profit. Minions jatuh di kategori yang gue sebutkan terakhir. Film ini berasa memaksa dan jauh di bawah standar dua film Despicable Me sebelumnya.
Minions adalah prekuel dari Despicable Me. Mengisahkan asal usul para mahluk kecil kuning yang lucu, dari jaman pre-historic sampai berjumpa dengan Gru. Kita mengikuti perjalanan trio Stuart, Bob dan Kevin dalam mencari sosok villain yang tepat untuk menjadi majikan bangsa mereka.
Seperti yang sudah gue tebak sebelumnya, film ini diisi oleh segala hal yang Minion yang berhasil di dua film sebelumnya. Lo bakal ditembaki terus menerus oleh adegan tingkah laku mereka yang konyol, perbincangan bahasa mereka yang aneh nan imut, dan mendengarkan nyanyian ulang lagu-lagu yang kita kenal dengan bahasa Minion. Saking seringnya, lama-lama terasa bosan.
Sebenarnya ide itu tidak terlalu buruk, secara berhasil diterapkan di dua film sebelumnya. Namun, film ini dikemas dalam sebuah kisah yang sangat aneh dan janggal. Gue tahu film animasi seperti ini pada umumnya memang seperti itu, tapi ini berada di luar batas toleransi. Tanpa spoil terlalu banyak, plot-nya melibatkan Ratu Inggris dan sesosok super villain yang, well.. super.
Overall, Minions adalah film yang buruk. Joke-nya kurang dapet, plot-nya aneh dan Minionnya terlalu dieksploitasi. Sepanjang film gue nggak bisa lepas memikirkan hal-hal yang bisa dijual nantinya sebagai merchandise atau licensing. Banyak banget! Tapi kalau lo punya anak atau lo memang seorang anak-anak, tonton dan hiburlah anak lo atau diri lo.
Score : 5/10
By Remy Fabian
0 comments:
Post a Comment