MOVIN REVIEW : JURASSIC WORLD (2015)


Kurang lebih dua dekade lalu, film Jurassic Park berhasil mengguncang dunia hiburan. Film karya Steven Spielberg yang diangkat dari novel Michael Crichton ini mampu menghidupkan makhluk purba ke layar sinema dengan amat real di jaman itu. Sempat dua sekuel dirilis, namun feel-nya terasa jauh dengan Jurassic Park . Di tahun ini, Jurassic World hadir dengan nuansa yang sangat kental dengan film pertama.


Setelah insiden di Isla Nublar, tepatnya 22 tahun silam, akhirnya theme park impian John Hammond terwujud. Taman hiburan dengan  berbagai wahana dan dinosaurus sebagai atraksi utamanya . Seakan tak pernah puas, pemilik taman ingin membuat atraksi baru yaitu seekor dinosaurus hybrid yang malah menjadi bumerang bagi mereka: Indominus Rex.

Indominus Rex. Nama yang sering diplesetkan oleh orang Indonesia karena mirip nama merk mie instan, berhasil menjelma menjadi mimpi buruk bagi para penonton bioskop. Mata kita akan disuguhkan dengan beragam aksi saat makhluk ini perlahan merangkak naik ke puncak rantai makanan. Tentunya akan banyak aksi berdarah yang disuguhkan makhluk pengacau ini.

JW terbagi menjadi dua part: sebelum dan sesudah Indominus Rex “jalan-jalan”. Di awal film, taman hiburan Jurassic World diperlihatkan dengan megah bin futuristik. Kita dibawa untuk ikut menikmati beberapa wahana taman, plus menyaksikan dinosaurus dengan beragam jenisnya. Tensi film akan berubah drastis sesaat ketika Indominus Rex lepas. Film ini langsung menjelma menjadi thriller dengan bumbu action yang kaya. Meski banyak adegan man vs dino yang tidak berpihak pada manusia (obviously), JW tidak memperlihatkannya secara eksplisit, kok. Jadi “cenderung” aman buat yang tidak suka hal yang berbau sadis.

Ada banyak karakter yang hadir di film ini. Membahas satu per satu ditakutkan bakal memancing spoiler. Bahas satu main char aja kali, ya. Chris Pratt yang memerankan Owen Grady, karakternya tak jauh apa yang ia telah perankan dalam Guardian of the Galaxy. Humoris, karismatik, powerful. Kemampuannya dalam membaca karakter hewan diperlihatkan dalam keberhasilannya mengendalikan raptor, yang katanya “based on mutual respects“. Mengendalikan raptor? Yep, hal ini jadi salah satu yang paling menarik di sepanjang film.

Lalu seberapa identik-kah dengan film pertamanya? Jangan kaget kalau banyak banget callback yang mengacu pada Jurassic Park, baik itu properti maupun event. Bagi kalian yang “veteran” dan nge-fans banget sama Jurassic Park, pasti akan ada beberapa momen di mana kalian terbawa memori masa lalu (halah!) atau mungkin merasa dejavu. Tapi justru hal itulah yang membuat film ini begitu spesial bagi para fans hardcore Jurassic Park.


PERSONAL IMPRESSION
Merinding! Itu yang saya rasakan begitu mendengar theme song dari film pertamanya dikumandangkan lagi di JW. Setelah menonton JW pun rasanya ekspektasi awal telah dibayar lunas oleh kualitas film yang aduhai. Efek CGI-nya top! Meski storyline nggak sehebat film pertama, tapi JW berhasil membawa nama baik franchise legendaris ini.

Menurut saya, ini adalah film kedua terbaik setelah Jurassic Park. Suasana tegangnya dapet banget. Dinosaurus hybrid juga jadi inovasi yang tidak terpikir sebelumnya. Jangan salah, I-Rex bukan satu-satunya dino hybrid yang ditampilkan, lho. Oh iya, saya rasa film ini lebih cocok ditonton dalam versi 3D, mengingat Colin Trevorrow sang sutradara sejak awal memang mengambil gambar dengan teknik 3D (bukan post-converted). Jadi efek 3D-nya terasa, nggak sekedar gimmick seperti film kebanyakan. So, langsung aja deh nonton di bioskop!

Score : 8/10

By Dimas Nugroho

 
Share on Google Plus

About Moviners

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

MOVIN SHORT MOVIES

MOVIN UPCOMING