MOVIN REVIEW: BOYHOOD (2014)


Boleh saja dibilang dunia perfilman mencatat seri Harry Potter sebagai film yang mempertahankan para cast-nya selama sepuluh tahun untuk bermain di tujuh seri film mulai dari saat mereka masih sangat muda hingga tumbuh menjadi remaja. Namun apa jadinya jika hal yang sama diterapkan hanya dalam satu film? Ditambah dengan rentang waktu yang sedikit lebih lama, 12 tahun? Get ready, Richard Linklater got the answer!

Linklater memulai cerita saat Mason Junior (Ellar Coltrane) masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Sebagai korban keluarga broken home, Mason hidup bersama ibu (Patricia Arquette) dan kakak perempuannya, Samantha (Lorelei Linklater) tanpa kehadiran ayah (Ethan Hawke) di rumah. Akan tetapi, mereka bukan lantas kehilangan sosok ayah begitu saja karena secara rutin, paling tidak seminggu sekali, sang ayah akan menemani dua bersaudara ini bermain sebagai wujud tanggung jawab dan tentunya memantau tumbuh kembang dua buah hatinya selain sang Ibu.

Memproduksi sebuah film dalam jangka waktu yang sangat lama mungkin akan menjadi hal yang begitu menarik bukan hanya untuk sutradara, pemain, dan kru saja melainkan juga para audience  sebagai sasaran utama film dibuat. Dan benar saja, label “A Moving 12 Year Epic” atau “12 Year in the Making” akhirnya membuat saya (dan saya yakin banyak orang) akan menaruh perhatian dan harapan lebih terhadap film ini. Meningkatkan rasa penasaran dan ekspektasi tentang hal apa saja kah yang akan dituangkan ke dalam film, atau simply timbul pertanyaan “Mau dibuat seperti apa sih film tersebut hingga harus menghabiskan waktu lebih dari satu dekade pembuatan?”

Film ini menunjukkan secara gamblang bagaimana proses pendewasaan anak selama 12 tahun, dari umur 5 hingga 18 tahun lengkap dengan semua hal yang dialaminya. Sebut saja bermain bersama teman sebaya sebelah rumah, bagaimana mereka mengahadapi perpisahan karena harus pindah rumah, dongeng sebelum tidur, bullying, cinta monyet hingga kisah cinta SMA, first kiss (even sex), tentang pesta ulang tahun , kenakalan remaja sebagai proses alamiah pencarian jati diri, hobby dan kegiatan ekstrakurikuler, serta masih banyak lagi. Sebuah paket lengkap parenting yang akan membuat para orang tua belajar bagaimana mendidik anak dari tingkah laku sang anak itu sendiri, atau secara sederhana membangkitkan memori kita pada masa kecil.

Boyhood menjelma seolah mesin waktu yang membawa kita kembali mengarungi masa lalu. Mengajak berjalan-jalan mengenang dan menebak-nebak di tahun berapa kita berada saat scene itu berjalan. Sebagai penanda waktu, ada lagu-lagu popoler di jamannya sebagai backsound atau sekedar memainkan music video-nya di smartphone, mulai dari Coldplay’s Yellow, Britney Spears’ OopsI did it Again, hingga kolaborasi epic Lady Gaga dan Beyoncé’s Telephone. Selain itu, momen-momen yang terjadi selama 12 tahun ke belakang seperti peluncuran buku Harry Potter and the Half-Blood Prince, hingga Pemilu Presiden era Barrack Obama turut menambah riuh timeline film ini.

Yes, I love how this film represents the American culture through a Family. Tentang bagaimana membesarkan anak laki-laki dan perempuan di lingkungan keluarga Amerika, bagaimana mereka tumbuh dalam pergaulan negara adi daya secara sangat detail. Termasuk pergerakan masalah yang berbanding lurus dengan tingkat kedewasaan, dari yang kita nilai sangat sepele hingga yang cukup menguras pikiran untuk usia remaja. Dan tentunya ada perasaan bahagia tatkala menyaksikan adegan demi adegan yang disuguhkan Boyhood. Juga perasaan tak sabar perihal apa lagi yang akan terjadi pada Mason Junior dan keluarganya saat Ia tumbuh menjadi lebih besar, kemudian lebih besar lagi, lagi, dan lagi..


Share on Google Plus

About Moviners

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

MOVIN SHORT MOVIES

MOVIN UPCOMING