Sepertinya tahun ini benar-benar menjadi
tahun viral bagi dunia perfilman. November lalu Sony diretas
habis-habisan, database penting termasuk data pegawai, kerjasama, pun
film yang belum dirilis berhasil diambil secara illegal. Siapa sangka
hal yang melatarbelakangi teror itu adalah sebuah film berjudul The
Interview?
Berkisah tentang Dave dan Aaron, duo
pembawa acara—produser acara bincang hiburan di TV yang kebetulan
programanya disukai oleh Presiden Korea Utara, Kim Jong-Un. Mereka
kemudian diundang ke Korea Utara untuk melakukan “interview” dengan Kim.
Namun sebelumnya CIA telah lebih dulu mendatangi keduanya untuk
memuluskan taktik pembunuhan terhadap Kim.
Sulit untuk mengukur kualitas dari
sebuah film bergenre drama-komedi. Namun sejauh ini, jika berhadapan
dengan genre serupa maka tolok ukur yang saya pegang adalah: apakah
benar sanggup mengundang tawa? Nyatanya, The Interview mampu
melakukannya dengan baik, sehingga masih bisa dianggap sepadan dengan
kontroversi yang dibawanya. Saya sudah lama tidak menemukan film komedi
Hollywood serenyah ini sejak film The Heat yang melibatkan Sandra
Bullock tahun lalu.
Guyonan yang dilempar sangat umum.
Bahkan kalau Anda memang mengikuti berita-berita internasional, termasuk
berita hiburan dan politiknya, menurut saya tawa itu bakal dengan mudah
keluar. Dialog dari naskah skenario dibawakan dengan tipikal komedi
Hollywood, hanya saja seting yang dibangun memang cukup berbeda dari
biasanya. Pun plotnya mengalir dengan lancar tanpa menimbulkan
pertanyaan baru di tengah jalan.
Departemen akting harus diberi applause,
terutama kepada James Franco yang mampu menghidupkan karakter Dave
dengan sangat baik, pun Seth Rogen sebagai partner in crime-nya yang
malah sering kena sial sendiri, serta Diana Bang yang memerankan Sook
dan Randall Park si Kim yang mampu mencuri perhatian sejak awal
kemunculan. Peran yang lemah justru ditunjukkan oleh Lizzy Caplan,
seolah perannya tidak terlalu signifikan.
Di departemen suara, kumpulan lagu yang
dijadikan soundtrack benar-benar mampu mengundang tawa. Kalau saja ini
bukan film komedi, penempatan lagunya benar-benar tidak pas, namun di
The Interview ini lah yang mampu mengundang tawa paling keras. Terutama
ketika momen-momen penting hadir dan ditemani “Firework” milik Katy
Perry. Sekaligus bagian akhir bersama lagu Scorpions “Wind of Change”.
Untuk departemen visual, The Interview mampu secara konsisten
menampilkan gambar yang kesan komikalnya kuat. Pun didukung ketika ada
adegan slow-motion berefek visual yang emosional namun paling bisa bikin
ngakak.
Terlepas dari fakta tentang film ini
yang memang sangat menyinggung Korea Utara, jelas ini adalah film
Hollywood dengan sudut pandang kekuatan Amerika. Amerika benar-benar
terlihat ingin menunjukkan kekuatannya, bahwa mereka seolah memang bisa
mencampuri urusan internal negara lain yang dianggap membahayakan
kepentingannya dengan sangat mudah. Namun di sini antara Korea Utara dan
Amerika sama-sama digambarkan sebagai spin-doctor (pemutar balik fakta)
yang teramat baik.
The Interview sebenarnya menyajikan
banyak renungan lewat dialog dan adegan yang dibawakan secara komikal,
baik disadari maupun tidak. Misalnya salah satu scene yang menunjukkan
betapa besar gap antara acara TV serius dengan acara TV hiburan. Sebagai
sebuah drama-komedi, The Interview adalah hiburan yang menarik, apalagi
kalau ditonton beramai-ramai.
0 comments:
Post a Comment