MOVIN REVIEW : THE BABADOOK (2014)

The Babadook, film horror anti mainstream

Opening Scene dibuka dengan Amelia (diperankan oleh Essie Davis) yang mengalami mimpi buruk mengenai kecelakaan tujuh lalu yang menyebabkan kematian suaminya begitu dalam namun dibalik kecelakaan tersebut cabang bayi didalam perutnya berhasil diselamatkan tepat disaat hari kematian suaminya tersebut.

Suara teriakan menggema dari samping kamar Amelia, Samuel (diperankan oleh Noah Wiseman) anaknya ketakutan akibat sebuah legenda boogeyman dengan goyah Amelia berusaha menenangkan anaknya dan hal tersebut berulang dilakukan olehnya setiap hari.

Hal berbeda terjadi disuatu malam, ketika sebuah buku cerita berjudul “The Babadook” dibacakan oleh Amelia karena keinginan Samuel. Sebuah buku cerita horor dengan pop up art yang semakin memperlihatkan kengerian cerita tersebut membuat Samuel terjaga semalaman sehingga Amelia merasa kelelahan teramat sangat namun tanpa diketahui oleh mereka berdua, buku tersebut akan membawa serangkaian aktivitas horor dan merambah ke pembantaian yang tidak pernah dipikirkan oleh mereka berdua sebelumnya.

The Babadook adalah sebuah film debut pertama dari sutradara Australia yang telah suskes sebelumnya membawakan serial berjudul, Murder Call. Jennifer Kent pun mau tak mau menjadi sorotan dunia akibat sebuah film dengan psikogi horor serta tone warna yang suram ditambah nuansa thriller yang tak menjemukan ini. The Babadook pun dikaitkan-dikatikan menjadi rival kengerian yang sama dengan film arahan besutan sutradara James Wan, yaitu The Conjuring. Apakah benar begitu?

Dikutip dari situs Variety.com sebuah proloque cukup mendebarkan tentang review film The Babadook “Strange things hover in the shadows, but the real terror lurks deeper within, in tyro helmer Jennifer Kent’s accomplished and imaginative psychological horror tale.”

‘I couldn’t agree more’. I said. The Babadook adalah sebuah cerita horor yang begitu dalam dan sangat berbeda dari film-film horor biasanya. Bahkan dengan dimulainya opening scene yang jarang sekali saya temukan di film-film horor lainnya telah membuat saya mengerinyitkan alis dan berfikir matang apa yang akan disajikan selanjutnya oleh Kent dalam film debutnya ini.

Inti dari menikmatinya bukanlah dari menanti-nanti hantu atau rentetan kejadian horornya namun bagaimana karakter Amelia serta Samuel dihidupkan dengan serentetan kejadian horor yang menimpa mereka. Uniknya, The Babadook menggunakan trik yang berbeda dia membuat sebuah hubungan antara ibu dan anak yang sejak awal telah rawan dipenuhi kebencian sehingga nyatanya horor yang dihadirkan di film ini adalah kehororan seorang ibu yang membenci anaknya karena dia penyebab suaminya meninggal dan ditambah perilaku Samuel yang berbeda dari kebanyakan anak bahkan sempat terpikir cerita The Babadook akan terbawa menuju The Omen (1976). Tapi ternyata refrensi film ini paling tepat adalah Sinister (2012).

Samuel seorang anak berusia enam tahun yang memiliki pola pikir tidak pada seperti anak seumurnya, dia menyukai sulap hingga membuat senjata-senjata untuk dijadikan pertahan dirinya untuk melawan Babadook. Senjata yang dibuatnya bukan sebuah senjata sembarang namun senjata tajam yang dapat melukai orang lain selain keanehan tersebut dia juga memiliki masalah emosi yang sangat serius sehingga membuat Amelia kelelahan dan perlahan demi perlahan melihat anaknya sebagai sosok yang menyebalkan dan mulai menyesali kelahirannya. Di sinilah yang membuat terkesan pada film The Babadook dimulai dengan sikap Samuel layaknya Damien namun langsung dijungkir balik dengan cantik oleh Kent dengan Amelia yang bersikap madness dan ingin membunuh anaknya tanpa disadari.

Jenakanya, ketika menontonnya saya yang sebal terhadap Samuel malah menginginkan Amelia cepat-cepat mengakhiri nyawa anaknya saja. Di sini yang bisa dibilang bahwa Kent berhasil membawa emosi penonton dan membangun karakter yang sangat dalam dari masing-masing tokoh sehingga Amelia yang telah dirasuki oleh Babadook malah tidak lebih dari sosok yang semakin menyenangkan karena memiliki keberanian untuk mengungkapkan hal yang sebenarnya pada anaknya dan keinginannya. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut.

The Babadook sendiri juga mempunyai beberapa scene yang beragam dipenuhi dengan clue yang lagi-lagi membuat saya menyipitkan mata untuk berfikir keras apa maksud dari adegan tadi. Nyata-nyatanya film ini bukan sebuah film horor pop yang dapat dinikmati dengan mudah namun teror sebenarnya dari film ini adalah bagaimana kita bisa mengerti apa yang disajikan oleh Kent dalam debutnya ini.

Sebuah scene yang terus menerus masih membayang adalah adegan dimana Amelia menonton televisi tentang kasus pembunuhan seorang ibu terhadap anaknya di hari ulang tahun anaknya dan mendadak dia melihat dirinya sendiri dibalik jendela di dalam tayangan berita tersebut. Sontak dia terkaget dan teringat sebuah adegan di mana ketika buku cerita The Babadook yang telah dibuangnya dikembalikan di depan rumah dimana terdapat tambahan cerita didalamnya. Seorang ibu yang tengah membunuh anjingnya dengan cara mencekik lalu berikutnya anaknya dibunuh serta dirinya sendiri akhirnya.

Jaring-jaring pun mulai tersusun untuk melengkapi puzzle di dalam film ini. Kent jelas tidak ingin main-main dengan para penontonnya dia ingin melihat bagaimana penonton merasakan teror dan bermain menyusun pecahan tersebut menjadi sebuah plot cerita yang utuh.

Sontak ending pun menjadi sebuah pertanyaan besar ketika Amelia berhasil lepas dari possession Babadook dengan adegan dimana hari berganti tepat ketika ulang tahun Samuel dan Amelia berjalan ke ruang bawah tanah untuk memberikan makan kepada Babadook. Pertanyaan besarnya, ketika akhir yang bisa dikatagorikan happy ending tersebut apakah benar seperti itu? Sugesti-sugesti dengan plot yang sengaja dibuat hilang oleh Kent tersebut lah yang harus kita isi dan menciptakan akhir versi kita sendiri, mungkin.

The Babadook jelas bukan horor biasa terutama dengan visual monster Babadook yang mengingatkan terhadap beberapa karakter horor terkenal, seperti Edward Scissorhand, Freddy Kruger, Penguin (Batman), hingga terbalut dalam bentuk layaknya seekor burung hantu didalam imajinasi saya.
The Babadook bahkan sangat jarang memunculkan visualisasi monster yang dijadikan judul filmnya sendiri. Lebih kearah intense tentang perubahan karakter Amelia dan Samuel bisa dibilang bahkan aktivitas horor pun sangat jarang muncul sehingga wajar didalam studio tidak terdengar pekikan hingga akhir film walau sangat yakin bahwa jantung berdetak cukup kencang menyaksikan film ini.
Film ini tidak hanya seram atau intense membuat jantung berdebar tapi dapat gurihnya membuat penonton tertawa beberapa adegan bahkan sempat terasa seperti Home Alone (1990) yang berada di dalam sebuah slaughter house seperti ketika Samuel membuat jebakan-jebakan untuk ibunya mengingatkan terhadap karakter si Kevin yang menangkap para maling dengan perangkap-perangkap bodohnya.
The Babadook jelas tidak dapat disandingkan dengan film horor lainnya bahkan The Conjuring sekalipun. The Babadook menampilkan cerita lama dan usang dengan gaya penceritaan unik sehingga membawanya kepada sebuah film yang memiliki rasa akan originalitas. The Conjuring yang masih memiliki nuansa pop asia jelas termakan jauh oleh film ini. The Babadook adalah sebuah film horor yang patut dikenang dan diingat serta diabadikan. Kent sukses bukan mainnya terhadap debut pertama filmnya ini.



 

Share on Google Plus

About Moviners

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

MOVIN SHORT MOVIES

MOVIN UPCOMING