Setelah menyaksikan film Bombe’ ini yang katanya banyak menyampaikan pesan-pesan sosial, saya juga ingin menyampaikan pesan berupa catatan-catatan penting selama menyaksikan Bombe’ yang sebenarnya mengganggu saya. Bukan berarti saya tidak menyukai alur ceritanya. Tetapi semoga saja pesan ini bisa menjadi bahan masukan agar industri film di Makassar makin bergairah dan untuk membuat film yang “original made in Makassar” lebih banyak lagi, tidak seperti halnya dengan logo kota Makassar tahun ini yang diadopsi dari logo kota New York.
1. Alur Cerita
Awalnya saya bingung film ini sebenarnya untuk dewasa atau untuk anak. Poster film ini sebenarnya bisa disaksikan untukNamun ada aspek lain yang saya kagumi dari film ini. Film Bombe’ banyak menggunakan Bahasa Indonesia dengan dialek Makassar, sehingga belum tentu semua yang menonton adalah orang Makassar. Maka dari itu, disiapkanlah terjemahan dialog dalam Bahasa Indonesia, yang berarti dialog film ini dapat dimengerti bukan untuk orang Makassar saja.
2. Teknik Pengambilan Gambar
Untuk urusan ini dari awal film sampai akhir banyak menganggu. Kualitas penyatuan adegan terlihat kasar yang akhirnya membuat 2/3 film tampakDugaan saya yang lainnya adalah beberapa adegan dalam film ini memakai drone pada saat pengambilan gambar dari atas. Begitu juga penggabungan gambar masih terlihat kasar dibeberapa adegan. Selain itu, saya berharap adanya pemakaian kamera high definition agar gambarnya lebih bagus lagi.
3. Pemeran
Untuk pemeran Kayla dan Nisa aktingnya lumayan, sisanya masih sering melihat kamera. Memang susah mengarahkan4. Sampah
Karena film ini didukung oleh pemerintah kota, maka saya harap jika sedang dalam proses pengambilan gambar di lokasi aslinyaTerlepas dari beberapa catatan di atas, film ini merupakan salah satu langkah baik dalam mewujudkan Makassar sebagai kota yang penuh kreativitas.
0 comments:
Post a Comment