Saling bertukar ide dan
menggabungkan beragam konsep ke dalam sebuah produk kreatif memang bukan
lagi kebijakan yang asing di industri hiburan. Dua cabang industri
hiburan yang paling sering melakukan ini? Tentu saja adalah industri
game dan film. Kemiripan yang kentara di antara keduanya tidak jarang
membuat mereka harus bersinergi untuk menciptakan karya yang ditujukan
untuk menarik pangsa pasar yang lebih besar untuk masing-masing
franchise. Sayangnya, proses kerjasama ini justru lebih sering berakhir
menjadi mimpi buruk daripada kesuksesan. Kita justru lebih sering
melihat film adaptasi video game yang terlalu menyimpang dari akarnya
dan akhirnya, mengecewakan.
Walaupun seringkali berakhir pada
hasil yang buruk, bukan berarti tidak ada film adaptasi video game yang
mampu tampil memesona dan menarik hati para gamer. Beberapa berhasil
merepresentasikan nilai dan atmosfer yang serupa dengan yang ditawarkan
oleh versi gamenya, lewat usaha untuk mempertahankan orisinalitas desain
setting, cerita, dan karakter. Walaupun ini terhitung sebagai kejadian
yang jarang terjadi di Hollywood, orisinalitas seperti ini boleh
terbilang menjadi makanan wajib untuk proses sama yang dilakukan oleh
sineas film Jepang, bahkan beberapa judul yang lahir dari tangan sang
publisher game sendiri. Beberapa di antaranya divisualisasikan lewat
aktor, namun tidak sedikit pula yang menggunakan teknologi CGI sebagai
pondasi utama. Satu yang pasti, film-film ini berhasil menangkap esensi
yang diharapkan oleh gamer.
Jadi dari segudang film adaptasi
video game yang bertebaran di pasaran, film-film apa saja yang berhasil
membuktikan diri sebagai yang terbaik?
10. Resident Evil: Degeneration
Sebagian besar penggemar Resident
Evil tentu sangat mengantisipasi kehadiran RE versi Hollywood ketika
pertama kali diluncurkan. Namun keputusan untuk menciptakan timeline
cerita yang berbeda dengan karakter “fiktif” – Alice sebagai fokus utama
dirasa mencederai harapan para gamer. Untungnya, Capcom juga melahirkan
sebuah seri CGI yang tetap mempertahankan orisinalitas yang ada.
Resident Evil: Degeneration dan Damnation yang menjadikan Leon sebagai
tokoh sentral menawarkan semua hal yang membuatnya lebih pantas sebagai
sebuah film Resident Evil yang “sebenarnya”. Hampir sebagian besar gamer
yang setia pada franchise ini tentu akan lebih memilih versi asli
Capcom ini daripada mimpi buruk yang ditelurkan oleh Hollywood.
9. Tomb Raider
Siapa yang tidak mengenal sosok
ikonik Lara Croft dan franchise kebesarannya – Tomb Raider? Menjadikan
cerita perburuan harta karun dengan karakter utama wanita yang sensual,
Tomb Raider memang menawarkan elemen-elemen dasar yang membuatnya mudah
untuk dicintai. Paras cantik Angelina Jolie, kemampuannya membawakan
karakter British yang kental, dengan plot perburuan menyusuri
misteri-misteri relic yang misterius membuat versi fillm ini tetap
mengakar kuat pada esensi versi video gamenya. Karena alasan ini
pulalah, Tomb Raider pantas mendapatkan posisi di dalam list ini.
8. Ryu Ga Gotoku (Like A Dragon)
Mengusung cerita dunia kriminal
bawah tanah Jepang lewat kacamata seorang Yakuza, Sega berhasil
membangun sebuah franchise yang sukses untuk dua generasi konsol Sony –
Playstation 2 dan Playstation 3. Di tangan sutradara Jepang – Takashi
Miike, game ini diadaptasikan menjadi sebuah film yang tetap mengakar
kuat pada versi video gamenya, tidak hanya dari sisi desain karakter,
tetapi juga setting dan cerita. Pertarungan, efek, bahkan visualisasi
karakter benar-benar merepresentasikan franchise yang sudah mencapai
seri kelima ini. Satu-satunya yang cukup disayangkan? Hanyalah bentuk
sang karakter utama – Kiryu yang tidak sama gagahnya jika dibandingkan
dengan versi video gamenya. If only they find someone more….bulky..
7. Assassin’s Creed: Embers
Selama beberapa tahun terakhir ini,
gamer yang menggemari franchise Ubisoft – Assassin’s Creed memang tidak
hanya sekedar disuguhkan sebuah drama dan aksi yang menakjubkan dari
sosok seorang Assassin bernama Ezio, tetapi juga membawa gamer “tumbuh
bersama” dengan sosok ini selama kurang lebih tiga seri. Bertempur,
berpetualangan, dan akhirnya menyelesaikan misi terakhir bersama memang
menghasilkan pengalaman emosional yang unik. Ubisoft seolah tak ingin
berhenti. Lewat sebuah film pendek – Assassin’s Creed: Embers, gamer
dibawa pada saat-saat terakhir Ezio yang kini sudah lebih jauh menua.
Perjalanan pendek yang menjadi sebuah akhir, sekaligus juga kesimpulan
dari pengalaman emosional yang sudah terbangun dengan baik selama ini.
6. Silent Hill
Berangkat dengan tanpa ekspektasi
sama sekali, Silent Hill justru berhasil tampil memukau dan membuktikan
bagaimana sebuah film adaptasi video game seharusnya dikerjakan.
Walaupun tidak memesona di sisi akting dan beragam penyesuaian plot yang
memang cukup berbeda dibandingkan versi gamenya, film Silent Hill
pertama ini berhasil menangkap esensi versi video gamenya sendiri.
Atmosfer yang tercipta lewat kabut, hujan abu, dan sirine akan cukup
untuk membuat setiap gamer yang sempat mencicipi franchise survival
horror Konami ini untuk tersenyum puas. Sensasi horror dan ketakutan
intens yang ia tawarkan patut diacungi jempol, dengan desain beragam
musuh ikonik yang juga tetap dipertahankan. One of the best!
5. Prince of Persia: The Sands of Time
Tangan dingin Disney dan pengalaman
mereka melahirkan segudang film berkualitas tampaknya tetap terbukti
walaupun sudah menyentuh area “terkutuk” yang menjadi blunder bagi
banyak produsen yang lain. Mengambil franchise andalan Ubisoft, Disney
memutuskan untuk meramu proses adaptasi Prince of Persia: The Sands of
Time. Pemilihan cast yang tepat dengan segudang gerakan akrobatik yang
ditujukan untuk menangkaop identitas franchise game platformer yang satu
ini menjadi kebijakan yang tepat. Walaupun film ini tidak menawarkan
penggunaan Sands of Time dalam frekuensi yang tinggi, namun Prince of
Persia tetap mampu menawarkan atmosfer yang tepat, setidaknya di atas
rata-rata franchise lain yang ditangani oleh sineas Hollywood.
4. Ace Attorney
Lahir di GBA dan populer di handheld
Nintendo – DS, Ace Attorney memang tumbuh menjadi franchise unik yang
dicintai. Bagaimana tidak? Ketika game lain menawarkan genre aksi
sebagai nilai jual utama, Ace Attorney justru mengusung drama
persidangan dan beragam konfliknya sebagai magnet yang akan terus gamer
untuk terus berpikir dan menebak ragam skenario yang mungkin tercipta.
Diadaptasikan menjadi sebuah film layar lebar dan kembali ditangani oleh
Takashi Miike, Ace Attorney disebut-sebut sebagai film adaptasi game
terbaik tahun 2012 yang lalu. Bagaimana tidak? Seperti ciri khas Miike
selama ini, beragam elemen yang menjadi identitas franchise ini tetap
dipertahankan, dari setting, visualisasi, hingga desain karakter dan
plot yang ada. Tidak ada mencintai versi adaptasi ini? Objection!
3. Tekken: Blood Vengeance
Apakah Anda termasuk gamer yang
sempat terjebak dengan film live-action Tekken yang dibuat oleh
Hollywood? Sebuah film action yang justru lebih banyak mengundang tawa
karena ke-absurd-an beragam elemen dan desain yang ada, daripada membuat
adrenalin Anda terpompa kencang selama “menikmatinya”. Seolah ingin
menebus kesalahan yang sudah mereka perbuat, sekaligus juga menyambut
kehadiran Tekken Tag Tournament 2, Namco Bandai melahirkan sebuah film
lepas dengan CGI – Tekken: Blood Vengeance. Seolah ingin memberikan
pelajaran berharga kepada Hollywood bagaimana seharusnya sebuah film
Tekken dikembangkan, Blood Vengeance akan mampu memuaskan hasrat gamer
penggemar Tekken akan sebuah film adaptasi yang berkualitas. Pertarungan
yang epik dan destruktif, visualisasi CGI yang mumpuni, dan konflik
yang ditawarkan akan menjadi pemicu adrenalin yang mumpuni.
2. Mortal Kombat
Cheesy, itu mungkin reaksi sebagian
besar gamer ketika berusaha menikmati kembali film layar lebar pertama
Mortal Kombat yang dirilis tahun 1995 silam. Namun, di masa lalu, ia
menjadi primadona yang masih pantas untuk diapresiasi, bahkan hingga
saat ini sekalipun. Mengusung salah satu arena paling brutal di jagat
industri hiburan, Mortal Kombat menawarkan orisinalitas yang masih
mengakar pada identitas versi gamenya. Desain karakter, setiap jurus
yang ada, hingga pemilihan kostum dan desain pantas membuatnya sebagai
salah satu film adaptasi video game terbaik yang pernah ada.
Kami yakin
sebagian besar dari Anda tentu masih mengingat dengan jelas pertempuran
antara Scorpion melawan Johnny Cage yang memorable. Tidak hanya seri
pertama ini, seri sekuelnya yang menawarkan lebih banyak karakter dengan
inti cerita yang lebih mendalam juga tetap menarik, bahkan hingga saat
ini.
1. Final Fantasy VII: Advent Children
Epik, memompa adrenalin, indah, dan
menggugah, Final Fantasy VII: Advent Children adalah sebuah standar
tertinggi yang mendefinisikan bagaimana seharusnya sebuah film yang
diadaptasikan dari video game seharusnya dikerjakan. Melanjutkan cerita
dari versi gamenya, Square tidak hanya sekedar menawarkan visualisasi
yang memanjakan mata, tetapi juga beragam elemen yang membuatnya sulit
untuk tidak dicintai oleh para fans.
Adegan battle yang dibangun epik,
desain beberapa karakter ikonik yang disempurnakan, kehadiran Aeris,
dukungan soundtrack yang luar biasa, dan voice acts yang luar biasa
menyempurnakan keseluruhan pengalaman yang ditawarkan oleh FF VII: AC
ini. Tidak ada satupun adegan yang tidak memorable bagi gamer, baik
mereka yang menggemari seri FF, fanatik FF VII, maupun yang belum pernah
mencicipi seri FF sebelumnya. Final Fantasy VII: Advent Children adalah
sebuah kesempurnaan, sebuah masterpiece.
0 comments:
Post a Comment